“Dulu buku-buku soal Soekarno dibakar, nggo daden geni,” jelas bapak. Ia jadi saksi Sarinah. Mulanya gara-gara diriku merengek soal buku klasik lawasan yang diwariskan padaku cuma Sarinah. Sarinah yang kumaksud adalah buku tertua di antara buku-bukuku yang berjejer di rak. Jilidannya sudah lepas. Sampulnya sudah koyak. Namun cetakan tulisannya masih bisa dibaca jelas, isinya pun juga masih lengkap. Di balik sampul, tertulis: Sarinah: Kewadjiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia. Tjetakan Ketiga. Panitya Penerbit Buku-Buku Karangan Presiden Sukarno 1963.
Talk is Cheap, Write is…
Beberapa hari yang lalu, Kamerad Rimbawana menulis status tentang Mbak Bayu yang kehilangan beberapa halaman lampiran skripsinya. Gara-gara trouble Limuny, lampiran yang dibuat lima hari empat malam hangus. Kalau cuma ngetik biasa sih enak, tapi kalau skripsi… aduh duh duh. Ngenes.
Surat Terbuka Bagi Siapapun yang Merasa
Dear organisator tercinta, tersayang, dan ter-unch-unch pokoknya
Dear mas-mas yang menginspirasi Sa menulis ini. Ejeh.
Sejatinya Sa bukan kritikus yang baik, cuma pembelajar yang (berusaha) baik, terutama dalam keahlian menyimak. Ini semacam Sa merendahkan diri sebelum dibabat habis-habisan oleh warganet S1 lulusan jurusan Komunikasi Warganet.
Membaca Goen: Dari Djémila ke Sela-sela Sejarah
Goenawan Mohamad menulis Catatan Pinggir bagi orang-orang yang sabar menghayati tulisannya. Ia tidak ingin orang langsung paham maksud dari Catatan Pinggir. Rasanya gatal ketika membaca Caping berulang kali tapi hanya paham secakupan kulitnya saja. Sama gatalnya dengan melakukan analisis bacaan yang tak kunjung terselesaikan tentang Caping dan gaungnya. Goen—sapaannya—hanya ingin tulisannya dihayati, atau sekadar untuk dibaca santai, tanpa perlu ngoyo.
Lanjutkan membaca “Membaca Goen: Dari Djémila ke Sela-sela Sejarah”
Cicak Itu Insektivora, Omnivora, Atau Kanibal?
Pemikiran ini refleks. Kalau kau ingin bilang aku itu tukang tulis yang memiliki pemikiran absurd ,ya silakan. Toh, Albert Camus tidak peduli dia dijuluki penulis beraliran absurdisme. Pun Goenawan Mohamad juga tidak peduli tentang esainya yang dibilang “ga jelas, soalnya ga memihak.” Karena aku berpikir dan menulis itu punya satu tujuan jelas: bisa tersampaikan.
Lanjutkan membaca “Cicak Itu Insektivora, Omnivora, Atau Kanibal?”